Akhirnya...sudah menginjak umur 11 hari ayam di kandang I, selasa kemarin hari terakhir pemberian sulfomonodimetoksin. Program pemberian preparat sulfa ini biasanya dilakukan 2 sesion, umur 9-11hr dan 19-21hr. Pemberian obat ini bertujuan untuk mencegah masuknya Leucositozoonosis dan malaria.
Leucositozoonosis merupakan peyakit asal protozoa pada ayam dan berbagai jenis unggas lainnya. Protozoa tersebut menyerang sel-sel darah dan jaringan veseral. Penyakit ini sering ditemukan pada daerah yang mempunyai ekologi yang cocok untuk kehidupan hospes invertebrata, meliputi lalat hitam, serangga penggigit bersayap dua, dan insekta lainnya. Kejadian Leucositozoonosis cenderung bersifat musiman yang berhubungan erat dengan peningkatan populasi vektor serangga, terutama pada pergantian musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. lalat hitam (Simulium sp.) biasanya berkembang biak pada air yang mengalir dan mencari makan pada siang hari, sehingga penyakit tersebut banyak ditemukan pada daerah yang cocok untuk kehidupan vektor serangga tersebut. Sebaliknya, serangga penggigit bersayap dua (Culicoides sp.) berkembanga biak di dalam lumpur atau kotoran ayam dan menggigit pada malam hari.
Protozoanya tergolong genus Leucocytozoon dan famili Plasmodiidae. Dua genera lain yang termasuk famili Plasmodiidae adalah Haemoproteus dan Plasmodium. Leucocytozoon mirip dengan Plasmodium, kecuali tidak adanya skiso di dalam darah yang bersirkulasi.
Bagaimana Penularannya?
Leucositozoonosis ditularkan oleh lalat hitam dan Culicoides sp.. Kedua serangga tersebut bertindak sebagai vektor dan menginfeksi unggas sehat melalui gigitan. Leucocytozoon caulleryi yang menimbulkan Leucositozoonosis pada ayam menyebar melalui serangga penggigit bersayap dua sedangkan spesies Leucocytozoon lainnya menyebar melalui lalat hitam.
Gejala Klinisnya?
Pada letupan yang bersifat akut, proses penyakit berlangsung cepat dan mendadak, diikuti oleh anemia, demam, kelemahan umum, kehilangan nafsu makan, tidak aktif, dan lumpuh. Ayam yang terinfeksi protozoa tersebut dapat mengalami muntah, mengeluarkan feses berwarna hijau dan mati akhibat pendarahan. Infeksi dengan Leucocytozoon caulleryi dapat mengakhibatkan muntah darah dan pendarahan atau kerusakan yang parah pada ginjal. Pendarahan terjadi akhibat keluarnya merozit dari megaloskison. Kematian biasanya mulai terlihat dalam waktu 1 minggu pasca infeksi. Ayam yang terinfeksi dapat bertahan akan mengalami infeksi kronik dan selanjutnya dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan produksi.
Ayam yang terinfeksi protozoa ini akan menunjukkan adanya pendarahan dengan ukuran yang bervariasi pada kulit, jaringan subkutan, otot, dan berbagai organ, misalnya ginjal, hati, paru, usus, dan bursa fabrisius. Hati dan ginjal biasanya membengkak dan berwarna merah hitam.
Pada pemerikaaan hispatologi, dapat ditemukan adanya pendarahan dan pembentukan megaloskison pada berbagai jaringan, misalnya ginjal, hati, paru, usus, bursa fabrisius, dan otot.
Peyakit yang mirip dengan Leucocytozoon adalah gumboro dan keracunan sulfonamida. Pada kasus dilapangan, penyakit ini biasanya ditemukan bersmaa-sama dengan gumboro sebagai penyakit primer atau sebagai infeksi sekunder.
Penanggulangannya?
Tindakan pengendalian yang paling efektif adalah menekan atau mengeliminasi vektor biologik (insekta). Pengendalian larva lalat hitam dapat dlakukan dengan pemberian 2 % granul celatom. Pemberian insektisida secara spray di dalam kandang dapat menekan populasi vektor serangga, namun harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah keracunan pada ayam.
pengobatan terhadap leucocytozoon tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada kasus yang bersifat akut dapat diberikan sulfamonodimetoksin atau sulfaquinoksalin.
Leucositozoonosis merupakan peyakit asal protozoa pada ayam dan berbagai jenis unggas lainnya. Protozoa tersebut menyerang sel-sel darah dan jaringan veseral. Penyakit ini sering ditemukan pada daerah yang mempunyai ekologi yang cocok untuk kehidupan hospes invertebrata, meliputi lalat hitam, serangga penggigit bersayap dua, dan insekta lainnya. Kejadian Leucositozoonosis cenderung bersifat musiman yang berhubungan erat dengan peningkatan populasi vektor serangga, terutama pada pergantian musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. lalat hitam (Simulium sp.) biasanya berkembang biak pada air yang mengalir dan mencari makan pada siang hari, sehingga penyakit tersebut banyak ditemukan pada daerah yang cocok untuk kehidupan vektor serangga tersebut. Sebaliknya, serangga penggigit bersayap dua (Culicoides sp.) berkembanga biak di dalam lumpur atau kotoran ayam dan menggigit pada malam hari.
Protozoanya tergolong genus Leucocytozoon dan famili Plasmodiidae. Dua genera lain yang termasuk famili Plasmodiidae adalah Haemoproteus dan Plasmodium. Leucocytozoon mirip dengan Plasmodium, kecuali tidak adanya skiso di dalam darah yang bersirkulasi.
Bagaimana Penularannya?
Leucositozoonosis ditularkan oleh lalat hitam dan Culicoides sp.. Kedua serangga tersebut bertindak sebagai vektor dan menginfeksi unggas sehat melalui gigitan. Leucocytozoon caulleryi yang menimbulkan Leucositozoonosis pada ayam menyebar melalui serangga penggigit bersayap dua sedangkan spesies Leucocytozoon lainnya menyebar melalui lalat hitam.
Gejala Klinisnya?
Pada letupan yang bersifat akut, proses penyakit berlangsung cepat dan mendadak, diikuti oleh anemia, demam, kelemahan umum, kehilangan nafsu makan, tidak aktif, dan lumpuh. Ayam yang terinfeksi protozoa tersebut dapat mengalami muntah, mengeluarkan feses berwarna hijau dan mati akhibat pendarahan. Infeksi dengan Leucocytozoon caulleryi dapat mengakhibatkan muntah darah dan pendarahan atau kerusakan yang parah pada ginjal. Pendarahan terjadi akhibat keluarnya merozit dari megaloskison. Kematian biasanya mulai terlihat dalam waktu 1 minggu pasca infeksi. Ayam yang terinfeksi dapat bertahan akan mengalami infeksi kronik dan selanjutnya dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan produksi.
Ayam yang terinfeksi protozoa ini akan menunjukkan adanya pendarahan dengan ukuran yang bervariasi pada kulit, jaringan subkutan, otot, dan berbagai organ, misalnya ginjal, hati, paru, usus, dan bursa fabrisius. Hati dan ginjal biasanya membengkak dan berwarna merah hitam.
Pada pemerikaaan hispatologi, dapat ditemukan adanya pendarahan dan pembentukan megaloskison pada berbagai jaringan, misalnya ginjal, hati, paru, usus, bursa fabrisius, dan otot.
Peyakit yang mirip dengan Leucocytozoon adalah gumboro dan keracunan sulfonamida. Pada kasus dilapangan, penyakit ini biasanya ditemukan bersmaa-sama dengan gumboro sebagai penyakit primer atau sebagai infeksi sekunder.
Penanggulangannya?
Tindakan pengendalian yang paling efektif adalah menekan atau mengeliminasi vektor biologik (insekta). Pengendalian larva lalat hitam dapat dlakukan dengan pemberian 2 % granul celatom. Pemberian insektisida secara spray di dalam kandang dapat menekan populasi vektor serangga, namun harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah keracunan pada ayam.
pengobatan terhadap leucocytozoon tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada kasus yang bersifat akut dapat diberikan sulfamonodimetoksin atau sulfaquinoksalin.