Saturday, February 21, 2009

Lalat...Si Pembawa Penyakit

. Saturday, February 21, 2009

Keberadaan lalat rumah yang disebut Musca domestica ini merupakan indikator kondisi sanitasi lingkungan. Demikian juga dengan dengan yang terjadi di lingkungan peternakan. Lalat yang beterbangan dapat dikatakan sebagai fenomena gunung es. Yang dimaksudkan adalah lalat dewasa yang kita lihat hanya 20% dari total populasi. Sementara yang 80% nya berada dalam stadia telur, larva dan pupa yang tersembunyi.

Sekali bertelur, seekor lalat rumah betina menghasilkan 100-150 butir atau 1000 butir seumur hidupnya. Dalam waktu 12-24 jam telur menetas dan berkembang menjadi larva dalam waktu 3-7 hari. Larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 26 hari atau bahkan kurang dari itu, tergantung suhu lingkungan. Selanjutnya pupa menjadi lalat dewasa. Oleh karena kecepatan perkembangbiakannya, ada yang menyebut lalat sebagai an everyday monster.
Lalat termasuk dalam kelompok insekta, ordo Diptera, sub ordo Brachicera. Yang termasuk kelompok ini antara lain lalat kuda ( Tabanus) dan lalat rumah (Musca domestica).
Lalat rumah dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang lembab dan kotor. Selain hinggap, lalat juga menghisap bahan-bahan kotor dan memuntahkan kembali dari mulutnya ketika hinggap di tempat berbeda. Bisa dibayangkan pakan yang dihinggapi lalat akan tercemar oleh mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur/larva cacing atau bahkan virus yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat-lalat tersebut. Oleh karena itu lalat dianggap sebagai penyebar berbagai penyakit kepada manusia maupun hewan, antara lain demam typhoid, kolera, anthrax, tuberculosis, disentri, cacing gilig Ascaris dan cacing pita Raillietina. Bahkan menurut penelitian Prof. Dr. Hastari Wuryastuti dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, lalat rumah diduga sebagai vektor atau penyebar virus Avian influenza. Penelitian tersebut belum selesai, masih memerlukan pembuktian lainnya. Namun pernah ditemukan bahwa lalat yang berasal dari farm yang terserang AI beberapa tahun yang lalu ternyata positif terdapat virus AI dalam tubuhnya.
Menyimak demikian banyak kerugian "memelihara" lalat rumah dalam kandang atau di dalam rumah maka lalat harus dihapuskan dari kedua lingkungan tersebut. Lalat betina menyukai tempat yang basah dan lembab dan mengandung protein seperti kotoran ayam sebagai tempat hinggap dan bertelur. Oleh karena itu sebaiknya kotoran ayam di kandang dalam keadaan kering yang dapat diperoleh jika penyerapan nutrisi dalam saluran pencernaan berlangsung optimal. Kondisi pencernaan demikian terjadi bila terdapat keseimbangan mikroflora usus dan bakteri di dalam saluran pencernaan.
Selain dengan menciptakan kotoran yang kering, pemakaian produk anti lalat juga banyak mengurangi populasi lalat. Ada produk yang ditaburkan di atas kotoran ada pula yang diberikan melalui pakan agar bahan tersebut ada di dalam kotoran dan membunuh larva yang akan berkembang menjadi pupa.
Selain lalat rumah, jenis lalat lain pun juga merugikan peternakan. Lalat Tabanus yang gigitannya menyakitkan dan mengiritsi kulit dapat berlaku sebagai penyebar penyakit surra. Lalat Gasterophilus bahkan "menitipkan" larvanya dalam lambung kuda sebelum dikeluarkan bersama dengan kotoran sehingga menimbulkan luka dilambung.
Bagaimanapun menjaga kebersihan termasuk merupakan langkaj yang cukup baik dalam rangka memutuskan siklus penyakit melalui lalat sebagai sang pembawa penyakit. Jangan sampai ada pakan yang tumpah dibawah kandang karena pakan mengandung protein yang disukai lalat untuk hinggap dan bertelur. Mari kita memerangi lalat!!!
Warta SANBE-VET no.36 Agustus 2008

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com