Saturday, February 7, 2009

Managemen Brooding

. Saturday, February 7, 2009

Three basic methods are used to brood chicks.

  1. The chicks have localized heat source and access to a cooler, unheated area. The chicks determine their own heating needs by moving from hot to cold areas and vice versa. This method is known as spot brooding.
  2. A large area around the brooders is warmed to the same temperature when whole house brooding. The chicks have no choice between warm and cool areas.
  3. Partial-house brooding--Partial-house brooding is much like whole house brooding, since the total brooding area is warmed. To save energy, however, the brooding area is reduced to the minimum amount needed for the size of chicks. As the chicks grow, the brooding area is increased in accordance to their sizes. Good ventilation is essential with all brooding systems but especially partial-house brooding.

Light the brooders 24 hours before the chicks hatch or arrive. Determine if the brooders are working properly, and adjust the temperature to 90 to 95 °F below the outer edge of the brooder (1 inch above the litter). In time of stress or vaccination reactions, increase brooder temperatures about 5 ° above the recommended temperature until the chicks recover.

Place an 18-inch-high, solid-type brooder guard around each brooder. Locate the guard 3 to 4 feet from the edge of the brooder. The guard prevents floor drafts and keeps chicks near the heat. In summer, enlarge the ring to keep chicks from getting too hot. Expand the guard a little each day (about 20 to 25 percent total area increase) until it is no longer needed after 7 to 14 days.

Corrugated cardboard makes an excellent brooder guard and can be discarded when it becomes soiled. In hot weather, hardware cloth or similar mesh material may be used instead of solid guard. Most of these guards are cleaned, disinfected, and reused.

Place an adequate number of feeders and waterers around each brooder. Provide at least two 1-gallon waterers and two 12-inch or 18-inch chick feeders for every 100 chicks. Feed placed on a few feeder lids or egg flats under each brooder encourages the chicks to start eating sooner.

Sprinkle a pile of feed on each lid before placing chicks under brooder. Remove lids when all feed is eaten or after 4 to 6 days.

Place long waterers or feeders in the brooding area, pointing toward the heat source. If placed parallel to the brooder guard, small chicks may be prevented from returning to the warmth. (At 1 day of age, they have not learned they sometimes have to go around a long object to get back to the warmth.) Placing feeders in a "wagon spoke" fashion also insures that a section of each feeder is always in a comfort zone. Locate the inner end of the feeder under or slightly outside the outer edge of the brooder or hover. Never place all the waterers and feeders directly under the brooder. The area under the brooder must be kept clear for brooding the chicks.

The day-old chick's temperature is about 3 °F below that of an adult's. Its body temperature starts rising about 4 days of age and reaches its maximum at 10 days. The chick needs time to develop temperature control (2 to 4 weeks). As the chick grows older, the downy coat is replaced with feathers, and brooder temperature must be reduced according to the temperature schedule.


Brooding temperature schedule

Age, daysBrooder temperature

°F

Summer
Winter
1-790 to 95
8-14 85 to 90
5-21 80 to 85
22-28 75 to 80
29-35 70 to 75
36 to market 70
70


Under this brooding schedule, the brooding temperature is reduced 5 °F each week. At 5 weeks of age, chicks maintain their own body temperatures if the room temperature is kept near 70 degrees.

Use lower brooding temperatures during warm months. Most poultry houses are not tight enough to maintain these temperatures constantly in winter. Insure adequate warmth in winter by using the higher brooding temperature; when cold nights cool the house, chicks are likely to have enough warmth.

In contrast to what many think, the most frequent error observed when brooding in the South is overheating rather than too little heat. Many producers need to learn proper brooding to reduce losses.

Check the comfort of the chicks several times each day, especially in the evening. Make adjustments to maintain chick comfort. Contented peeping and even distribution of chicks around and under the brooder indicate comfortable conditions. If the chicks chirp and huddle to one side of the brooder, there is a draft. When the temperature is too cold, the chicks chirp sharply and huddle together under the brooder. If the chicks move away from the brooder, pant, and are drowsy, the temperature is too warm.

With steadily increasing energy costs, a strong emphasis must be placed on sound brooder management and operation. Some tips for conserving energy are listed.


By Tom W. Smith, Jr., Ph.D., Emeritus Professor of Poultry Science, Mississippi State University

Klik disini untuk melanjutkan »»

Manajemen Brooding

.


Akhirnya..bayi-bayi yg lucu2 akhirnya tiba dengan selamat sampai kandang jam 5 pagi tdi..diiringi cuaca yg agak mendung, maklum puncak musim hujan, sering hujan. Pemanas sudah nyala dari jam 3 pagi,maklum cuma pake kayu, jadi harus lebih awal penyalaannya. Sebelum ditebar,air gula 2% dituang di galon n dibeberapa cft. Pakannya pun sudah dicft agar doc sesegera mungkin makan n minum. Periode ini dpt Hubbard Flex, mati di box cuma 3,smoga jadi awal yang baik..Untuk info yang lebih komplet ttg manajemen brooding,download disini

DOC dipuasakan???
Di zaman modern sekarang ini, anggapan doc yang baru datang jangan diberi makan masih ada, alasannya biar kuning telurnya terserap maksimal n menghindari omphalitis. Alasan ini biasanya muncul dari peternak lama n kolot, tidak tahu perkembangan genetika n manajemen broiler modern. Padahal dengan pemberian pakan seawal mungkin tidak hanya akan meningkatkan proses metabolisme, tetapi juga mempercapat gertakan pada sistem imun dan mempercapat organ-organ
sistem pencernaan.
Bicara ttg kuning telur, ternyata hanya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pada masa embrional hingga menetas. Sisa kuning telur yang mengandung maternal antibodi 7% dan lipid 20%, dianggap dapat memenuhi kebutuhan anak ayam. Faktanya sisa kuning telur ini sangat terbatas, dan hanya cukup untuk mempertahankan kehidupan, bukan untuk pertumbuhan. Pada hari pertama saja hanya 50% dari kebutuhan energi dan 43% dari kebutuhan protein yang dapat dipenuhi dari sisa kuning telur. Protein yang ada pun terutama dimanfaatkan dalam bentuk maternal antibodi. Sedangkan lemak sebagian besar digunakan untuk membentuk membran sel jaringan tubuh. Jadi, puasa pada anak ayam tidak dapat memnuhi kebutuhan energi minimum, apalagi energi untuk pertumbuhan.
Sisa kuning telur pada umumnya habis dalam waktu 4 hari setelah menetas. Studi terbaru mengindikasikan bahwa doc yang lebih awal mendapatkan pakan penyerapan sisa kuning telur lebih cepat dibandingkan dengan doc yang dipuasakan hingga 48 jam. Berat sisa kuning telur broiler saat menetas adalah 6,5 gr, yang berkurang menjadi 0,4 gr dalam waktu 96 jam pada doc yang diberi pakan segera setelah menetas, tetapi berat kuning telur yang tersisa pada doc yang dipuasakan 24 jam dan 48 jam adalah 0,7gr dan 1,5 g setelah 96 jam. Hal ini karena gerakan anti peristaltik yang mentransfer kuning telur hingga ke duodenum karena dirangsang dengan kehadiran makanan disaluran usus.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Vaksinasi I.B.D/Gumboro

.

Cuaca tadi pagi agak mendung, pas banget untuk vaksin. Kebetulan hari ini umur ayam kandang 1,5000 ekor umur 14hari,waktunya vaksin IBD.Jumat sore, air 120liter sudah disiapkan oprator ditong,trus diChlorin. Maksudnya biar airnya bebas M.O,lagipula sudah diendapkan lebih dari 2 jam gak bakalan merusak vaksin. Racikannya vaksin 5000 dosis dicampur dalam air sebanyak 6 gayung yang sudah dikasih skim 300gr+es. Untuk aplikasinya air 1 ember(20 liter)+larutan vaksin 1 gayung,diedarkan. Dari total air 120 liter dapat dilakukan pengulangan 1x. Jam 9 pagi ayam sudah dipuasakan,tepat jam 10 pagi vaksin pun dimulai n tepat jam 12 air sudah habis. Itu tadi aplikasi vaksin IBD versi saya, yang dibawah ini versi yang laen...


Tabel 1. Kebutuhan Air Minum Pada Broiler ( Temperatur 32,5°C ) Per 1000 Ekor.
No Umur ( Minggu ) Kebutuhan Air Minum ( Liter )
1 1 27
2 2 100
3 3 172
4 4 271
5 5 334
6 6 387
Dari Tabel 1 diatas dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan kebutuhan jumlah
air minum untuk vaksin melalui air minum.
Jumlah Kebutuhan Air Untuk Vaksin =
8/A ( Liter)
Keterangan :
A = Jumlah Kebutuhan Air Minum ( Sesuaikan Dengan Umur Ayam,Lihat Tabel 1 ).
8 = konstanta
Contoh :
- Si Amir mempunyai ayam broiler 2000 ekor,yang berumur 13 hari. Pada hari ke – 14 Si Amir
sudah membuat program untuk vaksin gumboro ( Vaksin IBD ). Berapa liter air yang harus
dipakai oleh Si Amir jika ia mau melaksanakan vaksin gumboro melalui air minum?
- Jawab :
Dari Tabel 1 didapatkan bahwa kebutuhan air minum per 1000 ekor adalah 100 liter untuk
minggu kedua ( 14 Hari ), jadi total kebutuhan air minum adalah sebesar 200 liter.
Air minum yang dibutuhkan oleh Si Amir untuk vaksin gumboro di umur 14 hari adalah :
8/200 = 25 Liter.
Syahrir Akil, Manager TS & D, PT Charoen Pokphand Indonesia Jakarta

Klik disini untuk melanjutkan »»
.

Berikut ini Perkembangan embrio dari hari ke hari
  1. Hari Pertama.

    Asal mula lempengan embrio pada tahap blastodermal. Nampak ada rongga segmentasi yang berada di bawah area pelucida, terdapat pada cincin yang berwarna lebih gelap dari sekitarnya.

  2. Hari kedua.

    Nampak jalur pertama pada pusat blastoderm. Diantara extraembrionic annexis nampak membran vitelin yang memiliki peranan utama dalam nutrisi embrio.

  3. Hari ketiga.

    Embrio berada di sisi kiri, dikelilingi oleh sistem peredaran darah, membram viteline menyebar di atas permukaan kuning telur. Kepala dan badan dapat dibedakan, demikian juga otak. Nampak juga struktur jantung yang mulai berdenyut.

  4. Hari keempat.

    Perkembangan rongga amniotik, yang akan mengelilingi embrio, yang berisi cairan amniotik, berfungsi untuk melindungi embrio dan membolehkan embrio bergerak. Nampak gelembung alantois yang berperan utama dalam penyerapan kalsium, pernapasan dan tempat penyimpanan sisa-sisa.

  5. Hari kelima.

    Peningkatan ukuran embrio, embrio membentuk huruf C, kepala bergerak mendekati ekor. Terjadi perkembangan sayap.

  6. Hari keenam.

    Membram vetiline terus berkembang dan mengelilingi lebih dari separuh kuning telur. Fissura ada diantara jari pertama, kedua dan ketiga dari anggota badan bagian atas dan antara jari kedua dan ketiga anggota badan bagian bawah. Jari kedua lebih panjang dari jari lain.

  7. Hari ketujuh.

    Cairan yang makin mengencer di bagian leher. Nampak jelas memisahkan kepala dengan badannya. Terjadi pembentukan paruh. Otak nampak ada di daerah kepala, yang lebih kecil ukurannya dibanding dengan embrio.

  8. Hari kedelapan.

    Membram vetillin menyelimuti (menutupi) hampir seluruh kuning telur. Pigmentasi pada mata mulai nampak. Bagian paruh atas dan bawah mulai terpisah, demikian juga dengan sayap dan kaki. Leher merenggang dan otak telah berada di dalam rongga kepala. Terjadi pembukaan indra pendengar bagian luar.

  9. Hari kesembilan.

    Kuku mulai nampak, mulai tumbuh folikel bulu pertama. Alantois mulai berkembang dan meningkatnya pembuluh darah pada vitellus.

  10. Hari kesepuluh.

    Lubang hidung masih sempit. Terjadi pertumbuhan kelopak mata, perluasan bagian distal anggota badan. Membran viteline mengelilingi kuning telur dengan sempurna. Folikel bulu mulai menutup bagian bawah anggota badan. Patuk paruh mulai nampak.

  11. Hari kesebelas.

    Lubang palpebral memiliki bentuk elips yang cenderung menjadi encer. Alantois mencapai ukuran maksimal, sedangkan vitellus makin menyusut. Embrio sudah nampak seperti anak ayam.

  12. Hari kedua belas.

    Folikel bulu mengelilingi bagian luar indera pendengar meatus dan menutupi kelopak mata bagian atas. Kelopak mata bagian bawah menutupi 2/3 atau bahkan ? bagian kornea.

  13. Hari ketiga belas.

    Alantois menyusut menjadi membran Chorioalantois. Kuku dan kali mulai nampak jelas.

  14. Hari keempat belas.

    Bulu-bulu halus hampir menutupi seluruh tubuh dan berkembang dengan cepat.

  15. Hari kelima belas dan enambelas.

    Beberapa morfologi embrio berubah: anak ayam dan bulu halus terus berkembang. Vitellus menyusut cepat, putih telur mulai menghilang. Kepala bergerak ke arah kerabang telur (posisi pipping) di bawah sayap kanan.

  16. Hari ketujuh belas.

    Sistem ginjal dari embrio mulai memproduksi urates (garam dari asam urat). Paruh yang berada di bagian bawah sayap kanan, menuju rongga udara (yang ada di dalam telur). Putih telur telah terserap semua.

  17. Hari kedelapan belas.

    Permulaan internalisasi vitellin. Terjadi pengurangan cairan amniotik. Pada umur ini dilakukan transfer dari mesin setter (inkubtor) ke mesin hatcher dan juga bisa dilakukan vaksin in ovo.

  18. Hari kesembilan belas.

    Penyerapan vitellin secara cepat. Paruh mulai mematuk selaput/membran kerabang bagian dalam dan siap untuk menembusnya. Penyerapan vitelis mulai cepat.

  19. Hari kedua puluh.

    Vitelus terserap semua, menutup pusar (umbilicus). Anak ayam menembus selaput kerabang telur bagian dalam dan bernafas pada rongga udara. Pertukaran gas terjadi melalui kerabang telur. Anak ayam siap menetas dan mulai memecah kerabang telur.

  20. Hari kedua puluh satu.

    Anak ayam menggunakan sayap sebagai pemandu dan kakinya memutar balik, paruh memecah kerabang dengan cara sirkular. Anak ayam mulai melepaskan diri dari kerabang telur dalam waktu 12 - 18 jam dan membiarkan bulunya menjadi kering.

H

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tuesday, February 3, 2009

DOC in lagi...Hujan lagi..

. Tuesday, February 3, 2009

Besok tgl 6 February'09 jadi Papa ayam lagi,DOC in lagi,5000ekor. Kali ini sanitasinya double dekker alias pake macem-macem.Periode kemarin gak dapet apa-apa,oprasional pun gak balek,gara-gara cekres. Padahal sudah dijor doxiciclin..dasar bandel, si Micoplasma sp gak mau pergi. Periode ini sanitasinya lebih jos,pake detergen,pake gamping,pake formalin, n gak lupa doa yg khusuk. Kapok, krn periode kemarin pembersihan kandang cuma pake air+kaporit. Moga-moga periode ini dapet hasil.Amin
Tapi tantangan periode kali ini juga berat,pas DOC in pas puncak-puncaknya musim hujan. Biasanya kalo pagi sampai jam 2 siang-an cuaca panas,tapi setelah itu hujan deras, hampir 2 mggu diJogja seperti itu. Karena tantangan kali ini lebih berat, sya pun baca artikel ini.Dibaca ya!

Klik disini untuk melanjutkan »»

Manajemen Guide Cobb

.


Kalo kita tanya ke peternak broiler,strain apa yang mereka senangi?Jawabnya mayoritas pasti,yang ada totol-totol itemnya mas..yaitu Cobb.Memang,dari pengamatan dilapangan,strain ini yang paling pantek/tahan banting dikondisi (manajemen) peternakan rakyat. Selain itu,performa Cobb secara umum jika dibandingkan dengan strain yang lain paling unggul,baik dari segi ketahanan,FCR, dan pencapaian bobot badan. Dari sononya,Cobb memang unggul dihasil akhir, artinya potensi genetis dari Cobb ini sangat luar biasa,tapi kalo tidak didukung dengan manajemen standar,potensi tersebut pasti tidak akan muncul maksimal. Biar tambah jelas,gimana sih manajemen untuk Cobb yang standar klik aja disini

Klik disini untuk melanjutkan »»

Monday, February 2, 2009

Kunci Kesuksesan Broiler di 7 hari Pertama

. Monday, February 2, 2009

Manajemen selama 7 hari pertama, terutama selama 3 hari pertama adalah kunci dalam pencapaian bobot badan terbaik di minggu pertama. Manajemen broiler terutama selama 7 hari pertama dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti deviasi dari kondisi normal selama pengukuran (suhu, kelembaban, tekanan statis, dan lain-lain), kualitas udara (kadar amoniak, kualitas udara yang rendah, dan lain-lain), kualitas litter/sekam (kelembaban, dan lain-lain), perilaku ayam (terlalu aktif, dan lain-lain).

Penelitian yang dilakukan di Universitas Georgia telah menunjukkan bahwa ayam-ayam berumur muda yang kekurangan pemanas selama 45 menit, maka akan kehilangan bobot badan 135 gram pada umur 35 hari. Jika 1 bagian flok mengalami kondisi tersebut maka tingkat keseragaman (uniformity) yang dihasilkan akan rendah.

Sebaliknya, pemanasan berlebih pada ayam-ayam berumur muda akan menekan laju pertumbuhan dan menurunkan bobot badan umur 7 hari. Dengan perlakuan senada, jika pemanasan berlebih terjadi di satu bagian flok, maka akan dihasilkan tingkat keseragaman (uniformity) yang rendah pula. Kunci manejemen selama 7 hari pertama adalah OBSERVASI dan RESPON terhadap kebutuhan ayam. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap bobot umur 7 hari tersebut sangat penting karena mampu menurunkan konsumsi pakan. Berikut ini adalah faktor-faktor utama manajemen yang mempengaruhi pencapaian bobot badan umur 7 hari:

CAHAYA
Ayam berada dalam kondisi yang lebih baik pada intensitas cahaya minimum 25 lux, tersebar secara merata, sehingga mereka dengan mudah mengakses pakan dan air minum. Beberapa perusahaan peternakan/peternak mengatakan, bahwa kondisi terbaik bagi ayam yaitu pada saat intensitas cahaya selama 1 minggu pertama sebesar 50 – 60 lux.

AIR
Air harus tersedia secara ad libitum dengan kondisi suhu air yang tepat dan kandungan bahan kimia serta kualitas mikrobiologi yang sesuai standar. Ketika nipple drinker digunakan, maka lebih baik menambahkan baby drinkers khusus bagi DOC yang berasal dari bibit muda.

PAKAN
Lebih baik memilih penggunaan pakan dalam bentuk crumble selama 1 minggu pertama untuk menstimulasi konsumsi pakan dan pencapaian bobot badan. Kandungan nutrisi yang digunakan harus berdasarkan rekomendasi dari pembibit. Hindari sistem penghematan uang untuk pemberian pakan di minggu pertama karena pada dasarnya konsumsi pakan di minggu tersebut sangat rendah (140 - 150 g/ekor), sedangkan manfaat/keuntungan yang diperoleh lebih besar dibandingkan nilai investasi yang harus dikeluarkan.

KELEMBABAN RELATIF
Pada saat kelembaban relatif terlalu rendah, maka ayam akan mengalami dehidrasi. Hal ini akan mempengaruhi bobot badan umur 7 hari. Sebaliknya, apabila kelembaban terlalu tinggi dan suhu tidak sesuai, maka konsumsi pakan dan bobot badan akan terpengaruh. Idealnya, kelembaban relatif harus dipertahankan pada kisaran 60 – 65%.

SUHU
Manajemen suhu yang tidak sesuai adalah “akar masalah” terhadap bobot badan umur 7 hari yang tidak optimal. Broiler modern sangat sensitif terhadap variasi suhu yang berada diluar kisaran normal. Selama 7 hari pertama sistem termoregulasi ayam belum berkembang baik. Suhu yang terlalu rendah akan menyebabkan ayam menggunakan energi yang tersedia dalam pakan untuk menghangatkan tubuhnya dan bukan untuk pertumbuhan sehingga pencapaian bbobot badan umur 7 hari akan terpengaruh. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi akan menekan/mengurangi selera makan dan pada akhirnya mempengaruhi konsumsi pakan selama 7 hari pertama.

Selama 3 hari pertama suhu harus terjaga 84º-86º F dengan kelembaban 60-65%. Temperatur ini harus lebih tinggi ketika kelembaban lebih rendah dan sebaliknya. Pasca 3 hari pertama, suhu secara berangsur-angsur menurun hingga mencapai 79º-81º F pada umur 7 hari. Cara terbaik untuk menyediakan panas yang dibutuhkan ayam dengan penggunaan brooder (pemanas) dan dikombinasikan dengan sistem ventilasi yang baik.

TEMPAT PAKAN
Banyak peternak/perusahaan yang memberi pakan diatas kertas yang biasanya menutupi 25% permukaan sekam di sekitar area brooding. Cara terbaik dalam sistem pemberian pakan yaitu jumlah yang sedikit dengan frekuensi yang sering. Hal tersebut dapat menstimulasi aktivitas dan selera makan ayam.

TEMPAT MINUM
Apabila menggunakan nipple, tinggi nipple harus disesuaikan setiap harinya. Pastikan suhu air minum tepat terutama 1 minggu pertama (77ºF).

PENGGANTIAN PERALATAN
Kita harus berhati-hati saat mengganti peralatan-peralatan DOC (tempat pakan, tempat minum) dengan tipe peralatan permanen. Penggantian ini harus dilakukan secara berangsur-angsur agar ayam terbiasa dengan peralatan yang baru sementara masih menggunakan peralatan yang lama.

VENTILASI
Penerapan sistem ventilasi yang ideal mutlak dilakukan, namun terkadang hal tersebut tidak tersedia di semua negara. Apabila kita tidak memiliki sistem yang memadai, maka kita harus terampil dalam manajemen buka tutup tirai untuk menjaga suhu yang sesuai, menjaga kualitas sekam, mempertahankan kualitas udara dan mengeluarkan gas-gas berbahaya dari dalam kandang.

MANAJEMEN BROILER SECARA UMUM
Waktu pengamatan perilaku ayam merupakan faktor penting dalam pencapaian hasil terbaik. Bukan hanya dari segi pengamatan, namun tindakan yang diambil saat terjadi deviasi/penyimpangan dari kondisi normal. Pengukuran persentase jumlah ayam yang telah mengkonsumsi pakan akan membantu kita untuk menilai apakah sistem manajemen sudah berjalan dengan baik. Untuk mengevaluasi hal ini, secara sederhana kita dapat melihat tembolok ayam yang penuh dengan pakan, dalam 8-10 jam setelah sampai dikandang, sekitar 80% ayam dari total populasi memiliki tembolok yang penuh, dan dalam 24 jam seluruh ayam sudah memiliki tembolok yang penuh dengan pakan.

NUTRISI
Broiler modern terseleksi untuk menghasilkan jumlah daging yang semakin banyak setiap generasinya. Nutrisi bagi broiler harus disusun dengan tepat, persyaratan kandungan nutrisi yang digunakan dalam pakan khususnya untuk periode starter bukan hanya bertujuan untuk mengetahui biaya produksi pakan, namun juga mengarah kepada jumlah daging ayam yang dihasilkan (kg). Pastikan bahwa nutrisi pakan disusun dengan benar dan tidak ada defisiensi dalam penambahan bahan-bahan. Kekurangan kandungan garam dalam pakan akan memberikan efek yang sangat besar terhadap tingkat pertumbuhan dan pencapaian hasil keseluruhan.

KESEHATAN
Tidak diragukan lagi bahwa banyak penyakit yang bisa mempengaruhi bobot badan ayam di umur 7 hari. Bakteri Salmonella dapat menkontaminasi telur dan ayam sehingga menyebabkan masalah kesehatan dan tingkat pertumbuhan yang lambat. Ada beberapa virus yang berimplikasi terhadap outbreak penyakit dan mempengaruhi bobot badan serta tingkat keseragaman ayam. Banyak pula vaksin hidup yang digunakan, terutama untuk virus pernafasan yang akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan. Selain itu, toxin atau kandungan obat yang berada dalam pakan juga bisa mempengaruhi tingkat pertumbuhan broiler selama 1 minggu pertama.

KESIMPULAN


Bobot badan minggu pertama sangat penting dan akan menjadi lebih penting lagi di masa yang akan datang karena broiler akan terus mengalami perubahan ke generasi baru. Ini berarti bahwa setiap tahun, 1 minggu pertama pemeliharaan broiler merupakan persentase terbesar dari total pemeliharaan broiler dalam satu periode. Apabila penanganan dan manajemen di minggu pertama tidak optimal, maka kemungkinan pencapaian hasil produksi akhir juga tidak optimal. Langkah pertama yang harus diambil adalah memperhatikan dengan cermat faktor-faktor/parameter tersebut untuk kemudian disusun action plan yang tepat terhadap faktor tersebut.

Sumber: cjfeed (2008)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Kiat Memilih Daging Hallal

.

Masalah kehalalan suatu produk diIndonesia, khususnya produk peternakan, tak pernah habis untuk ditelisik. Mulai kasus beredarnya daging celeng, ayam tiren dan daging glonggongan merupakan merupakan pelajaran penting bagi konsumen. Agar tidak salah pilih dan halal, kenali tipologi berbagai daging. Daging sapi yang sehat berwarna merah terang, serat halus, lemak kekuningan. Daging berwarna gelap menunjukkan saat disembelih dilakukan pada kondisi stres dan tidak diistirahatkan. Warna kecoklatan menunjukkan daging sudah terkena udara (teroksidasi) terlalu lama. Daging kerbau yang baik warna merah tua, serat lebih kasar, lemak kuning dan keras. Tekstur lebih liat dari daging lainnya karena disembelih pada umur tua. Daging kambing berwarna lebih gelap dibanding daging sapi, serat halus dan lembut, lemak kuning, keras dan kenyal, mudah dikenal karena bau yang khas dan cukup keras. Daging babi merah pucat, serat halus dan kompak, lemak putih jernih, lunak dan mudah mencair pada suhu ruang.
Setelah paham benar berbagai jenis daging yang akan dibeli, perhatikan juga asal daging tersebut. Belilah daging pada tempat yang resmi. Cari los penjualan khusus daging sapi, kerbau, kambing, ayam yang terpisah dari los penjualan daging babi. Daging yang berasal dari penyembelihan secara legal ditandai dengan cap RPH berwarna ungu yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan setempat. Sangat disayangkan tidak semua RPH milik Pemerintah yang ada di Indonesia disyaratkan oleh Pemerintah untuk di audit halal oleh LPPOM MUI walaupun aturan halal slaughter sudah ada, sehingga kehalalannya masih diragukan. Hal ini sangat memprihatinkan bagi konsumen muslim. Jika pembelian daging berasal dari pasar swalayan, pastikan bahwa daging halal tidak berada dalam showcase (frezeer) yang sama dengan daging nonhalal. Begitu juga perhatikan pemakaian peralatan pisau atau talenan, tidak diperbolehkan pisau/talenan yang untuk produk halal dipergunakan untuk nonhalal. Tanyakan kepada petugas swalayan dari mana asal daging yang dijual dan ada tidaknya Sertifikat Halal yang masih berlaku dari dalam (LPPOM MUI) dan luar negeri. Ini disebabkan kebanyakan swalayan menjual daging impor termasuk jerohannya. Untuk daging ayam bentuk karkas utuh, perhatikan leher bekas sembelihan dilakukan secara Syariat Islam. Ada kemungkinan melakukan penyembelihan dengan cara ditusuk. Hindari warna merah, biru atau memar pada kulit terutama daerah sayap. Hal ini merupakan indikasi ayam tersebut sudah mati sebelum disembelih (ayam tiren/mati kemaren). Untuk menutupi bangkai yang tidak normal, pedagang sering merendam dengan larutan kunyit sehingga warnanya terlihat kuning. Sebaiknya memilih pedagang yang sudah dikenal dan dapat diyakini bahwa penyembelihan yang dilakukan sesuai Syariat Islam. Banyaknya jumlah usaha penyembelihan dalam skala rumah tangga menyebabkan pengawasan sulit terkontrol. Jangan tergiur dengan penawaran harga yang lebih murah dari pasaran terutama yang ditawarkan oleh pedagang musiman atau tidak resmi. Apabila menginginkan daging sapi atau ayam dalam partai besar langsung dari distributor lokal atau impor, jangan lupa minta Sertifikat Halal yang menyertainya. Pastikan bahwa informasi nama dan alamat produsen, tanggal penyembelihan atau nomor lot yang tercantum dalam sertifikat cocok dengan yang tertera pada kemasan.
By Djoko Rudyanto

Klik disini untuk melanjutkan »»

Sunday, February 1, 2009

Minyak Lemuru

. Sunday, February 1, 2009

Penggunaan enam persen minyak ikan lemuru dan suplemen vitamin E 200 ppm (part per million) dalam pakan ayam ternyata mampu meningkatkan kekebalan (imunomodulator) ayam broiler. Demikian hasil riset yang dilakukan Denny Rusmana, mahasiswa S3 Ilmu Ternak, Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Ikan lemuru mengandung asam lemak linolenat yang dibutuhkan ayam untuk mengoptimalkan daya tahan tubuhnya," ungkap Denny dalam sidang terbuka berjudul Minyak Ikan Lemuru sebagai Imunomodulator dan Penambahan Vitamin E untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh Ayam Broiler di Kampus IPB Darmaga, Bogor, Rabu (9/1).

Penelitian yang dilaksanakan Denny bertujuan mengetahui pengaruh pemberian minyak ikan lemuru dan penambahan vitamin E terhadap respon kekebalan ayam broiler yang divaksin Newcastle Diseases (ND) dan Infectious Bursa Diseases (IBD).

Menurut dia, selama ini penyusunan ransum (pakan) ditekankan kepada terpenuhinya kebutuhan energi, protein, vitamin, dan mineral. Sementara asam lemak tak jenuh ganda jarang menjadi perhatian dalam penyusunan ransum, padahal zat ini sangat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Minyak ikan lemuru bisa diperoleh dari hasil sampingan pembuatan tepung dan pengalengan ikan.

"Dari proses pengalengan ikan diperoleh rendemen minyak sebesar 5 persen. Sedangkan dari proses pembuatan tepung ikan sebesar 10 persen," katanya. Minyak ikan lemuru penelitian Denny diambil dari Muncar Banyuwangi yang telah dilakukan proses pemurnian lebih dahulu.

Hasil penelitian lain sebelumnya menunjukkan, penggunaan tiga persen minyak ikan lemuru yang dicampur pakan jagung bisa menekan peradangan pada ayam. Namun penambahan minyak ikan lebih dari tujuh persen memberikan efek kurang menguntungkan, sebab asam lemak jenuh dalam minyak ikan lemuru sangat mudah teroksidasi dan menurunkan kadar vitamin E.

Pada gilirannya defesiensi vitamin E juga mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh. Berdasarkan alasan ini, Denny menambahkan vitamin E dalam bentuk alfa tocopherol dalam ransum berisi minyak ikan lemuru untuk menstabilkan vitamin E.

Penelitian Danny telah diujicobakan pada 216 ekor ayam broiler. "Hasilnya, ayam yang mengonsumsi ransum minyak ikan lemuru enam persen dan 200 ppm vitamin E secara signifikan meningkat daya tahan tubuhnya terhadap penyakit khususnya ND dan IBD," ujar staf pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Bandung tersebut.

Penelitian tersebut dilakukan dibawah komisi pembimbing yang terdiri dari Prof. Wiranda Gentini Piliang, Dr. Slamet Budijanto, dan Dr. Agus Setiyono.
kompas.com

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com